LINGKARIN.COM – Setelah sukses safari politik dengan ribuan massa di Aceh, Medan, Padang, Riau, Makassar, Tasikmalaya, Ciamis dan Jogjakarta,
Masyarakat bertanya: “Kapan Anies masuk Jawa Tengah?”
Masuk Jawa Tengah memang tidak mudah bagi Anies. Ketika simpul relawan Anies di Purwokerto berencana undang Anies datang
Gelombang PHK Terjang Start Up Indonesia, Begini Tanggapan Menkop dan UKM Teten Masduki Kecurangan Manipulasi Data, Koalisi Masyarakat Sipil Kawal Pemilu Bersih Minta KPU Audit Sipol
Beredar info ada intimidasi bertebaran ke panitia. Ancaman dari sejumlah pihak datang. Kok begitu ya?
Ini test the water. Para relawan coba memancing reaksi. Luar biasa hasilnya. Pihak lawan langsung bergerak.
Tidak hanya panitia, kiai pesantren yang bakal dijadikan tempat acara pun kabarnya dapat telphon. Dari siapa? Ya dari mereka yang tidak suka Anies.
Kepolisian Lakukan Mediasi Terkait Dualisme Pimpinan Ormas yang Picu Kesalahpahaman Menkopolhukam Mahfud MD Beri Tanggapan Soal Pangkat Letkol Tituler Deddy Corbuzier
Anda bisa bayangin kalau acara tetap dilaksanakan. Bisa bentrok. Ini yang selalu akan dihindari oleh relawan Anies.
Tidak boleh rusak demokrasi dengan cara-cara preman. Indonesia harus damai.
Rangkul semua, jangan diajak berantem. Yang belum paham, pahamkan. Kasih informasi yang benar tentang Anies. Ini pekerjaan relawan Anies di semua daerah.
Partai Gerindra Pilih Gunakan Nomor Urut Parpol, Sufmi Dasco Ahmad Ungkap Alasannya Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto Ungkap Alasan Pilih Nomor Urut Lama
Rakyat kecil, termasuk yang bawa bawa spanduk penolakan itu, secara umum tidak tahu.
Tapi, ada elit yang selalu provokasi. Lewat para buzzer. Ini proyek bro. Ada logistiknya. Cukup besar.
Bilangnya pro-NKRI, tapi tidak bisa menghargai demokrasi. Katanya cinta persatuan, tapi kelakuan kayak….. silahkan anda terusin sendiri. Tidak tega menngucapkannya.
Lingkarin.com: Tarif Content Placement 2023 Naik, Tarif Publikasi Press Release Tetap Download Aplikasi SBO TV Apk Gratis Terbaru, Bisa Nonton Bola Gratis
Negara ini negara hukum. Bukan negara preman. Ada presiden, ada polisi. Tidak boleh main hakim sendiri, apalagi persekusi.
Setiap anak bangsa berhak jadi calon presiden. Setiap warga negara bebas bersilaturahmi kemana yang ia mau.
Mau tujuannya bisnis atau safari politik, peraturan memberi jaminan. Bebas-bebas saja. Tidak ada seorang pun boleh menghalangi.
Percobaan Pemerasan Sebesar Rp10 Miliar, Agus Hartono Adukan Putri Ayu Wulandari ke KPK Terlalu Pusat Oriented, Tanggapan Staf Ahli MenKeu Yustinus Prastowo terhadap Bupati Meranti
Anda lihat, dimana Anies datang, di situ dikirim sejumlah orang menghadang. Jumlahnya antara 10-20 orang.
Kadang anak-anak di bawah umur 17 tahun. Mereka tidak punya hak pilih, tapi kasih duit suruh bawa spanduk.
Tulisannya: tolak Anies. Ada bahasa penghinaan. Ini hampir di semua tempat dimana Anies datang.
Para relawan Anies tidak boleh terpancing. Jaga emosi dan cuekin. Biar rakyat yang melihat dan menilai itu suruhan siapa.
Rakyat pasti tahu siapa orang-orang di balik bocah-bocah yang bawa spanduk itu. Yang jelas mereka para pecundang.
Tidak siap berhadap-hadapan secara fair. Minder dan tidak percaya diri untuk berkompetisi.
Safari politik di Jawa Tengah, ini tantangannya berat. Bukan tantangan, malah ancaman. Jawa Tengah milik Indonesia, sebagaimana juga Jakarta.
Harusnya, semua kandidat boleh masuk. Semua spanduk boleh dipasang. Semua pertemuan boleh diadakan.
Ingat, Jawa Tengah itu bagian dari Indonesia. Bukan negara sendiri. Tidak boleh punya kedaulatan sendiri.
Anda punya massa, tapi jangan ganggu massa orang. Anda punya spanduk, tapi jangan ganggu spanduk orang. Anda punya baliho, biarlah baliho orang lain juga bisa terpasang.
Negara ini menganut demokrasi. Anda kampanye tidak ada yang ganggu. Anda keliling-keliling Indonesia juga tidak ada yang nolak.
Jangan kirim orang untuk ganggu silaturahimnya. Jangan halangi orang yang mau safari politiknya.
Yuk berkompetisi dengan baik kompetisi yang waras. kompetisi yang normmal dan fair. Kompetisi yang sehat.
Siapa saja boleh ikut kompetisi, jangan dihalang-halangi. Kapan pun dan dimanapun. Anda setuju?
Oleh: Alex Wibisono, pemerhati politik.***