HELLO.ID – Banyak yang berasumsi Prabowo nyapres untuk menjaga elektabikitas partai.
Dalam hal ini Gerindra. Hanya Prabowo yang dianggap menjadi icon Gerindra. Tidak yang lain.
Inilah alasan mengapa rencana suksesi kepemimpinan Prabowo ke Sandiaga Uno ramai-ramai digagalkan oleh tokoh-tokoh penting di lingkaran Gerindra.
Resuffle Kabinet di Akhir Pemerintahan Presiden Jokowi, Sebenarnya Buat Apa? Kasus Gangguan Ginjal Akut, Ujian Obyektifitas dan Transparansi bagi TPF BPKN
Prabowo berpeluang menang? Boleh jadi. Tapi kemungkinannya tidak besar. Pertama, pilpres saat ini memang bukan era Prabowo.
Kekalahan dua kali capres (2014 dan 2019) menjadi beban. Sebagian pemilih jenuh, lelah dan bahkan pesimis.
Disamping kekecewaan para pendukung ketika Prabowo memutuskan untuk bergabung ke istana.
Jaringan Portal Berita Fokus Siber Media Network Mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru 2023 Rayakan Tahun Baru 2023, Masyarakat Diminta Tetap Terapkan Protokol Kesehatan
Merosotnya elektabilitas Prabowo, hari demi hari, adalah fakta politik yang tidak bisa diingkari.
Elektabilitas Prabowo berada di bawah Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
Bagi analis politik, ini mudah dikalkulasi, dijelaskan dan diuraikan. Variabel-variabelnya gamblang.
Bagi Komunitas Pers, 2022 Ditutup dengan Perkembangan yang Kurang Menggembirakan Salah Satunya Pepaya, Inlah 4 Jenis Buah Murah yang Termasuk Ampuh Atasi Anemia
Kedua, Jokowi, seorang presiden yang punya banyak kendali dan kekuasaan lebih menjagokan Ganjar-Erick.
Indikatornya terlalu banyak untuk diungkapkan. Meski pasangan ini belum ada jaminan bisa maju.
Megawati, nampaknya lebih memilih jagain rumah besarnya di PDIP dengan Trah Soekarno.
Benarkah KPU Bekerja untuk Menangkan Ganjar Pranowo – Erick Thohir di Pilpres 2024 Gelombang Pasang Air Laut Rusak 13 Rumah Warga di Wilayah Desa Tampalang, Mamuju Sulbar
Ganjar dianggap menjadi ancaman amat serius bagi Trah Soekarno jika ikut nyapres.
Terlalu berisiko bagi suksesi kepemimpinan PDIP jika Ganjar punya kekuasaan. Sekarang menjadi anak manis.
Tapi, kekuasaan memberi segalanya. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh penguasa?
Rakyat Sudah Muak dengan Wacana dan Agenda Perpanjangan Jabatan atau 3 Periode Harga Tempe dan Tahu Masih Cukup Tinggi, Mendag Pastikan Tak Ada Kenaikan Signifikan
Apakah Ganjar akan diusung oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB)? Tanpa PDIP, elektabilitas Ganjar akan rontok.
Ganjar sendiri juga belum tentu punya nyali untuk keluar dari PDIP. Ada semacam stigma: kader PDIP yang keluar dari partai akan hancur.
Dukungan kekuasaan menjadi faktor yang tidak kalah penting untuk memperbesar potensi kemenangan.
Meski rakyat selalu ingin dan terus mendorong agar istana tidak ikut mencampuri kontestasi di pemilu 2024. Tapi, belum terlihat tanda-tanda istana netral.
Dan dukungan istana clue-nya ke rambut putih. Semua orang seolah serempak untuk menunjuk ke arah Ganjar.
Informasi luar dan dalam yang bocor ke publik seolah semakin menambah keyakinan publik apa yang diungkap salah satunya oleh Hasnaeni Moein: KPU beroperasi untuk memenangkan Ganjar-Erick. Bukan Prabowo.
Bagaimana dengan Sandiaga Uno yang beberapa kali menyatakan “sangat serius untuk nyapres?”
Sandiaga bisa menjadi pemain cadangan sebagai cawapres. Bisa menggantikan Erick Tohir jika ada kendala.
Atau didorong untuk menjadi cawapres Puan Maharani. Tugas utama Sandiaga lebih pada pertama, upaya menjaga PPP agar berada dalam kendali istana.
Supaya PPP tidak kemana-mana. Kedua, untuk mengambil (dan memecah) pendukung Anies dan Prabowo. Anies, Prabowo dan Sandiaga, ketiganya punya ceruk yang sama.
Dengan masuknya Sandiaga, suara Anies dan Prabowo diharapkan bisa tergerus.
Oleh: R Kholis Majdi, pemerhati masalah sosial dan politik.***