Apa itu Ekonomi Normatif? – Lingkarin.com

- Pewarta

Minggu, 18 Desember 2022 - 19:11 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

[ad_1]

Dalam kajian ilmu ekonomi terdapat istilah ekonomi normatif dan positif. Meskipun keduanya sama-sama merupakan cabang ilmu ekonomi dan bertujuan untuk memberikan rekomendasi kebijakan yang tepat untuk pemangku kebijakan, namun keduanya adalah hal yang berbeda.

Dalam artikel berikut ini, penulis akan menjabarkan mengenai apa itu ekonomi normatif dan sedikit perbedaannya dengan ekonomi positif. Mari simak:

Pengertian Ekonomi Normatif

Ekonomi normatif adalah sebuah perspektif ekonomi yang melihat bagaimana kegiatan ekonomi makro dan mikro seharusnya berjalan. Karena sifatnya yang normatif, perspektif yang satu ini relatif tidak dapat diuji.

Perspektif ini sudah ada sejak sebelum 1930-an dari teori lama mengenai kesejahteraan masyarakat (kesejahteraan ekonomi). Teori tersebut menggunakan prinsip pareto (prinsip yang menyebutkan bahwa seseorang yang ingin memaksimalkan kepuasannya harus mengorbankan sebagian preferensinya) dan prinsip kompensasi untuk membangun opini ekonomi mengenai dampak kebijakan yang diambil pemerintah untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.

Dalam konteks makro, contoh dari perspektif ini seperti “jika pemerintah ingin mencapai peningkatan GDP sebesar 6%, maka mereka harus menjalankan program a, b, dan c”. Adapun dalam konteks ekonomi mikro, contohnya adalah “secara teoritis, apabila ada kenaikan harga barang normal x% dengan tanpa diikuti kenaikan pendapatan, maka harusnya permintaannya turun sebesar y%.”

Menurut Amartya Sen, salah seorang ekonom pemenang nobel, ekonomi normatif terbagi menjadi dua, yaitu ekonomi normatif basic atau dasar, dan non basic. Pada kategori yang pertama, statement mengenai kondisi ekonomi tidak memiliki dasar maupun teori, sedangkan pada kategori yang kedua, pemahaman mengenai pendekatan ini dibangun berdasarkan pemahaman teori-teori ekonomi yang berlaku. Teori-teori ini kemudian digunakan sebagai basis asumsi atau ideal untuk menganalisis sebuah kondisi perekonomian suatu negara dan merumuskan kebijakan dan strategi publik.

Dalam pernyataan dampak kenaikan harga barang normal di atas misalnya. Pernyataan ekonomi normatif tersebut tidak akan bisa muncul apabila orang yang mengucapkan tidak memahami apa itu barang normal, dan bagaimana dampak perubahan harga terhadap permintaan sebuah barang normal.

Perbedaan Ekonomi Normatif dan Ekonomi Positif

Sederhananya, apabila ekonomi normatif adalah “ideal”, maka ekonomi positif adalah “yang terjadi di lapangan” dan apabila pendekatan yang pertama adalah pendekatan teoritis dan sifatnya subjektif, maka pendekatan yang kedua adalah pendekatan berbasis data dan objektif.

Untuk membangun sebuah kebijakan yang relevan dan berdampak langsung kepada tujuannya, baik pemerintah, swasta, peneliti harus menggabungkan kedua pendekatan ini. Umumnya, peneliti ekonomi menggunakan ekonomi normatif sebagai asumsi dasar dan menggunakan pendekatan positivistik untuk memperoleh hasil penelitian. Gabungan antara kedua pendekatan inilah yang kemudian melahirkan solusi dan strategi atas kondisi ekonomi yang berlaku.

Contohnya, secara normatif harusnya kenaikan harga beras sebesar 10% diikuti dengan kenaikan jumlah permintaan jagung sebesar 6% karena relasi kedua barang ini yang bersifat substitutif. Namun, pada kenyataannya, kenaikan harga beras tidak diikuti dengan kenaikan permintaan jagung. Lantas untuk menjawab pertanyaan “mengapa kenaikan harga beras tidak diikuti dengan kenaikan permintaan jagung?” peneliti melakukan penelitian yang bersifat positivistik dengan mengumpulkan data di lapangan.

Dengan mekanisme yang seperti ini, maka tidak heran jika studi ekonomi di berbagai kampus di Indonesia maupun dunia menuntut mahasiswa mereka untuk memiliki kemampuan matematis dan statistik yang cukup mapan. Sebab, ilmu ekonomi tidak hanya mengenai teori yang harus dipahami dan dihafalkan, tetapi juga mengenai pengumpulan dan analisis data untuk melahirkan solusi dan kebijakan yang sesuai.

Mengapa Ekonomi Normatif Perlu Dipahami?

Meskipun bersifat subjektif dan susah dibuktikan, namun pendekatan ekonomi ini perlu dipahami. Sebab, pendekatan ini memberikan asumsi dan dasar teori yang dibutuhkan untuk merumuskan kebijakan dan strategi ekonomi yang tepat guna.

Misalnya, relasi antara harga beras dan permintaan jagung di atas. Dari sini, sisi normatifnya adalah relasi subtitusi antara keduanya, sementara sisi positifnya adalah hasil penelitian dari para ahli ekonomi. Apabila dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa saat ini taraf hidup masyarakat lebih baik, sehingga mereka tidak berpindah dari beras ke jagung meskipun harga beras naik, maka pemerintah dapat mengambil kebijakan yang pas untuk mengatur pasar.

Contoh Penerapan Ekonomi Normatif

Kebijakan publik

  1. Adanya diskon pajak, seharusnya dapat meningkatkan disposable income masyarakat, sehingga daya beli naik.
  2. Operasi pasar terbuka seharusnya dapat meningkatkan daya beli masyarakat karena bank bisa memberikan kreditnya dengan bunga yang lebih murah.
  3. Program pembangunan infrastruktur berbasis padat karya seharusnya dapat meningkatkan daya juang masyarakat selama pandemi, sekaligus memperlancar distribusi barang antar kota dan provinsi.

Perusahaan

  1. Adanya program kepemilikan saham karyawan (ESOP), seharusnya dapat meningkatkan loyalitas karyawan terhadap perusahaan.
  2. Peningkatan gaji karyawan sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR) seharusnya cukup untuk organisasi pekerja untuk tidak melakukan demonstrasi lagi.
  3. Kebijakan penjualan mengikuti HARBOLNAS seharusnya dapat meningkatkan penjualan produk perusahaan.

Individu

Ekonomi normatif juga dapat diterapkan dalam level keputusan individu, contohnya:

  1. Kalau saya bisa bekerja melebihi KPI, harusnya saya mendapatkan kenaikan gaji.
  2. Saya lebih baik memilih obligasi dibandingkan dengan saham ketika kondisi ekonomi sedang tidak menentu.
  3. Dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti, sebaiknya saya memilih tetap bekerja di perusahaan yang sekarang.

[ad_2]

Berita Terkait

Menteri Bahlil Lahadalia Sebut Tak Ada Rencana Indonesia Melobi Amerika Serikat dengan Mineral Kritis
Pasar Tetap Rasional, Tapi Potensi Perbaikan IHSG Terbuka Jika Sentimen Positif Muncul
Prabowo Subianto Ungkap Alasan Ingin Kuota Impor Tak Diskriminatif, Hanya Untungkan Segelintir Orang
RUPST BRI, Agus Noorsanto Jadi Wadirut dan Ahmad Solichin Lutfiyanto Jadi Direktur Human Capital & Compliance
Kalangan Dewan Perwakilan Rakyat Berusaha Tenangkan Pasar Menyusul Penurunan IHSG Secara Drastis
Termasuk Sugianto Aguan, Prabowo Subianto Kenalkan Konglomerat kepada Investor Gloɓal Ray Dalio
Isu Keterlibatan Erick Thohir dan Garibaldi Thohir dalam Kasus Minyak Mentah, Kejagung Angkat Suara
CSA Index Maret 2025 di Bawah 50, Tapi Target IHSG 7.125 Jadi Harapan Baru Pemulihan Ekonomi

Berita Terkait

Rabu, 16 April 2025 - 10:48 WIB

Menteri Bahlil Lahadalia Sebut Tak Ada Rencana Indonesia Melobi Amerika Serikat dengan Mineral Kritis

Rabu, 9 April 2025 - 09:40 WIB

Prabowo Subianto Ungkap Alasan Ingin Kuota Impor Tak Diskriminatif, Hanya Untungkan Segelintir Orang

Selasa, 25 Maret 2025 - 09:38 WIB

RUPST BRI, Agus Noorsanto Jadi Wadirut dan Ahmad Solichin Lutfiyanto Jadi Direktur Human Capital & Compliance

Kamis, 20 Maret 2025 - 09:26 WIB

Kalangan Dewan Perwakilan Rakyat Berusaha Tenangkan Pasar Menyusul Penurunan IHSG Secara Drastis

Senin, 10 Maret 2025 - 10:03 WIB

Termasuk Sugianto Aguan, Prabowo Subianto Kenalkan Konglomerat kepada Investor Gloɓal Ray Dalio

Berita Terbaru