POINNEWS.COM – Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal memaparkan berbagai alasan ekonomi Indonesia akan sedikit melambat pada triwulan IV-2022.
Dia pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional akan berada di kisaran 4,5 sampai 5 persen year on year (yoy) pada triwulan IV-2022, atau melambat dibandingkan triwulan III-2022 yang sebesar 5,72 persen yoy.
Kepada Antara di di Jakarta, Rabu 28 Desember 2022, dia menjelaskan berbagai faktor yang menyebabkan ekonomi Indonesia melambat pada triwulan IV-2022, di antaranya konsumsi rumah tangga di dalam negeri yang tereduksi akibat kenaikan inflasi pada periode ini.
Baca Juga Jaringan Portal Berita Fokus Siber Media Network Mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru 2023 Jajal LRT Jabodebek, Presiden: Sangat Cepat dan Tanpa Masinis
“Pada triwulan IV-2022 ada peningkatan inflasi yang lebih, karena kenaikan harga BBM, khususnya BBM bersubsidi. Kami melihat karena faktor inflasi, dari sisi daya beli sudah mulai ada sedikit perlambatan,” kata Faisal.
Dia mengatakan, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia terus mengalami penurunan, yang tercatat di level 50,3 pada November 2022, dari sebelumnya di level 51,8 pada Oktober 2022 dan di level 53,7 pada September 2022
“Tingkat penjualan atau PMI manufaktur yang sudah tipis di atas 50. Walaupun masih ekspansi, tapi kondisinya jauh lebih rendah dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya,” kata Faisal.
Baca Juga Libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, Ancol Targetkan Sebanyak 430 Ribu Pengunjung Tanggapan Staf Ahli MenKeu Yustinus Prastowo terhadap Bupati Meranti Terlalu Pusat Oriented
Kemudian, lanjut dia, mulai terjadi penyempitan terhadap surplus neraca perdagangan, yang mana Indonesia mencatat surplus sebesar 14,92 miliar dolar AS atau setara Rp 234,20 triliun pada triwulan III-2022
“Kuartal- kuartal sebelumnya banyak dikontribusikan oleh konsumsi rumah tangga yang tinggi dan net ekspor yang tinggi. Di kuartal IV ini, sumbangannya agak sedikit lebih lambat dibandingkan kuartal- kuartal sebelumnya,” kata Faisal.
Dia menyebut belanja pemerintah mulai tidak banyak berkontribusi terhadap pertumbuhan, karena mengejar target saving untuk tahun depan, sebagai antisipasi normalisasi kebijakan fiskal, yaitu target defisit APBN kembali di bawah 3 persen PDB.
Baca Juga Ketua KPK Sebut Sejak 2004-2022 Sudah Lebih dari 1.479 Koruptor Ditangkap Zulkifli Hasan Pastikan Harga dan Ketersediaan Pangan Jelang Libur Natal dan Tahun Baru Aman
“Jadi ada penghematan yang dilakukan pemerintah pada tahun ini dan berlanjut pada kuartal IV,” kata Faisal.
Dalam kesempatan ini, dia memproyeksikan inflasi pada Desember 2022 akan berada di angka 0,4 -, 0,5 persen month to month (mtm), dan inflasi tahunan di kisaran 5,3 – 5,4 persen yoy.
Menurut dia, inflasi pada akhir tahun polanya cenderung naik dibandingkan bulan- bulan sebelumnya, dikarenakan adanya momen Natal dan Tahun Baru, serta adanya pemberian bonus atau insentif oleh berbagai perusahaan.
Baca Juga Menteri BUMN Erick Thohir Dorong Anak Muda untuk Jadi Pelaku Ekonomi Efektif untuk Content Placement, Berikut 10 Media Online yang Sudah Punya Kanal Google News
“Tapi, kalau melihat dari tingkat inflasinya yang biasanya meningkat, di tahun ini sebenarnya peningkatannya tidak setajam tahun sebelumnya, dibandingkan pada saat dua tahun awal pandemi maupun tahun prapandemi,” kata Faisal.***
Klik Google News untuk mengetahui aneka berita dan informasi dari editor Poinnews.com, semoga bermanfaat.