Tantangan Perekonomian Indonesia di Tengah Pertumbuhan Ekonomi Dunia yang Anjok Berat

- Pewarta

Rabu, 21 Desember 2022 - 03:44 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

LINGKARIN.COM – Sebab musabab awal yang menjadi pemicu persoalan ekonomi beberapa tahun terakhir ini tidak lain adalah Covid-19, yang melanda seluiruh dunia termasuk Indonesia.

Dampaknya tidak hanya bersifat  negatif tetapi mengubah secara total dan mendasar struktur dan sifat perekonomian global dan Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi dunia lalu anjok berat menjadi negatif -3,1 persen karena disrupsi sisi permintaan dan supplainya.

Antisipasi Lonjakan Order Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, Lalamove Tambah Layanan Pembelian Beras Petani, Pemerintah Perlu Jaga Keseimbangan Kenaikan HPP dan Inflasi

Setelah pandemi covid-19 selesai, semua berharap langsung terjadi recovery ekonomi, tetapi itu tidak terjadfi karena ekonomi global langsung dihantam perang yang meluas di Eropa dan Rusia.

Kondisi geopolitik yang keras ini memperparah ketidakpastian ekonomi  global dan berakibat pada kelangkaan pangan dan energi.

Akibatnya, harga pangan dan energi meningkat tinggi dan menyebabkan tingkat inflasi  di banyak negara meningkat pesat.

Pembelian Beras Petani, Pemerintah Perlu Jaga Keseimbangan Kenaikan HPP dan Inflasi Transisi Ekonomi Hijau dengan Pembangunan EBT Jadi Pilar Pertumbuhan Ekonomi ke Depan

Ekonomi global sudah  diubah prediksinya berkali-kali dan tahun 2022 ini diperkirakan hanya tumbuh 3,2 persen dan inflasi tinggi sekitar 8,8 persen (IMF, 2022).

Pertanyaannya, darimana channeling Indonesia untuk menyiasati dampak ekonomi global saat ini?

Seharusnya channel berasal dari nilai tukar, inflasi, dan bagaimana konsolidasi yang diperlukan dengan  evalusi terhadap perekonomian domestik.

Transisi Ekonomi Hijau dengan Pembangunan EBT Jadi Pilar Pertumbuhan Ekonomi ke Depan Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi dan Antisipasi Risiko Global 2023, Kemenkeu Gelar Dialog Ekonomi

Indonesia cenderung menerapkan kebijakan moneter ketat, sehingga berdampak pada sektor riil.

Sektor riil di Amerika Serikat juga mengalami perlambatan pertumbuhan

Secara global jika ada pengetatan moneter maka hal tersebut akan menyebabkan perlambatan ekonomi.

Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi dan Antisipasi Risiko Global 2023, Kemenkeu Gelar Dialog Ekonomi Fokus RI Jangka Menengah: Infrastruktur, Pertumbuhan Transisi Ekonomi, dan Digitalisasi

Di kawasan Asia Pasifik, kesempatan kerja turun 3,2 persen (yoy) atau sekitar 61.8 juta orang yang kehilangan pekerjaan.

Level kesempatan kerja di kawan ini sekitar 1,8 milyar orang (2020). Pengangguran di negara-negara G20 juga cukup tinggi rata-rata 8,5 persen di tahun 2020, lebih tinggi dari tahunh sebelumnya 7,2 persen.

Pada tahun 2021, pengangguran di negara-negara ini sekitar 7,9 persen dan diperkirakan akan meurun tahun 2022 sekitar 6,97 persen.

Fokus RI Jangka Menengah: Infrastruktur, Pertumbuhan Transisi Ekonomi, dan Digitalisasi Pemerintah dan DPR Sepakati RUU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan

Sedangkan di Indonesia, sekitar 29, 1 juta orang terkena dampak dari covid-19 atau sekitar 14,3 persen dari total populasi angkatan kerja (2020).

Dampak ini berpengaruh pada tahun berikutnya 2021 dan 2022.

Kebijakan the Fed meningkatkan suku bunga acuan dengan melakukan kebijakan quantitative easing (suku bunga rendah) untuk menjaga pertumbuhan dan tingkat pengangguran yang rendah.

Pemerintah dan DPR Sepakati RUU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan Genjot Pertumbuhan Investasi, Bahlil Lahadalia Minta Menkeu Tambah Dana Alokasi Khusus

Kondisi perekonomian AS mengalami masalah cukup berat, Inflasi tinggi (8.5% in March 2022), dan pengangguran yang dapat dikendalikan pasca pandemi (3.6% April 2022).

Keputusan the Fed menaikkan suku bunga acuan dilakukan secara beuntuh di bulan Maret dan April. Pada bulan Nov ’22 berada pada level 3.78.

Ketika AS menaikan sukubunga akan berdampak pada perekonomian Indoesia terutama dari sisi nilai tukar, inflasi yang tinggi karena kenaikan harga pangan dan energi.

Genjot Pertumbuhan Investasi, Bahlil Lahadalia Minta Menkeu Tambah Dana Alokasi Khusus Saham ‘Ponzi’ GoTo Terjun Bebas, OJK Wajib Bertanggung Jawab atas Potensi Kerugian Investor Publik

Sektor riil mendapat beban besar dari harga impor include bahan impor akibat kenaikan nilai tukar. Dibutuhkan penguatan dari sisi fiskal di Indonesia.

Salah satu risiko besar yang menjadi ancaman stabilitas ekonomi global adalah krisis energi akibat tren peningkatan harga komoditas energi dunia.

Harga Minyak Mentah dan Gas Alam meningkat lebih tinggi dibandingkan level awal tahun 2022

Saham ‘Ponzi’ GoTo Terjun Bebas, OJK Wajib Bertanggung Jawab atas Potensi Kerugian Investor Publik Efektif untuk Content Placement, Berikut 10 Media Online yang Sudah Punya Kanal Google News

Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup baik pada  Q3 dan Q4 berada pada level 5.45% dan 5.72% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi 2022 menurut pengeluaran didorong oleh Ekspor dan Konsumsi RT.

Tetapi pengeluaran pemerintah mengalami pertumbuhan negative (yoy) pada Q2 dan Q3 2022

Menurut lapangan usaha, kinerja sektoral mengalami pertumbuhan pada Q2 dan Q3 2022

Terutama pada sektor transportasi & pergudangan, akomodasi, makanan & minuman, industri pengolahan, informasi dan komunikasi

Sedangkan tingkat inflasi masih bisa dikendalikan meskipun lebih tinggi pada tahun 2022, dibandingkan tahun 2021.

Pada sisi penawaran, terjadi kenaikan harga-harga komoditas dunia dan juga ada gangguan pasokan global dan domestik.

Penyumbang utama inflasi tahunan: komoditas bensin, bahan bakar rumah tangga,dan tarif angkutan udara.

Pada November 2022, penyumbang utama inflasi bulanan di antaranya adalah komoditas telur ayam ras, rokok kretek filter, dan tomat

Tren penurunan Global Purchasing Managers’ Index (PMI): indikasi perlambatan ekonomi global yang disebabkan oleh melemahnya permintaan dunia.

Pada Oktober 2022, global PMI Manufaktur mencapai 49,4 (dari 49,8 di September).

Penurunan output didominasi pada sektor barang setengah jadi. Hal in menunjukkan optimisme bisnis turun mendekati level terendah dalam dua setengah tahun terakhir.

Melemahnya permintaan global menjadi tantangan bagi kinerja industri dan investasi di dalam negeri.

Inflasi vang tinggi juga menjadi ancaman pada peningkatan biaya produksi.

Pertumbuhan investasi tidak disertai dengan laju pertumbuhan industri pengolahan yang juga tinggi.

Seperti pada triwulan III 2022, pertumbuhan investasi mampu mencapai 42,1 persen (y-o-y) namun industri pengolahan (non migas) hanya tumbuh 4,88 persen dan masi di bawah pertumbuhan ekonomi nasional.

Usaha mengarahkan investasi agar semakin banyak masuk ke sektor manufaktur menjadi tantangan besar bagi proses industrialisasi dan hilirisasi sumber daya alam strategis.

Pada saat ini visi besar Pemerintah adalah untuk mewujudkan transformasi ekonomi dengan penciptaan nilai tambah melalui hilirisasi industri.

Terdapat tantangan cukup besar dari sektor industri untuk menjadi pusat pertumbuhan kembali.

Sektor yang tertekan dampak ekonomi global dan menyebabkan menurunnya optimisme bisnis.

Pada 2021 – 2022 porsi sektor manufaktur menjadi penyumbang bagi PDB menurun menjadi hanya 20% an saja, padahal sebelum pandemi bisa mendekati 30%.

Tantangan sektor riil saat ini bagaimana menciptakan pertumbuhan ekonomi yang bisa memberi nilai tambah untuk mencapai target 2045.

Perlu didorong investasi dalam dan luar negeri untuk meningkatkan kemampuan sektor riil.

Seharusnya semakin banyak investasi masuk, akan semakin menambah nilai tambah lebih besar bagi sektor manufaktur dan akhirnya menaikkan kontribusi ke PDB.

Pada Undang Undang No 17 Tahun 2003, yaitu defisit anggaran dibatasi maksimal 3 persen dan utang maksimal 60 persen dari produk domestik bruto.

Dengan mengembalikan aturan ini, maka Pemerintah dapat menekan angka rasio utang pemerintah terhadap PDB, karena penarikan utang Pemerintah tidak sebesar ketika pandemi berlangsung.

Oleh: Eisha M Rachbini SE, M.Sc.  Ph.D, Dosen Institute Pertanian Bogor (IPB)

Dìsarikan dari Seminar Universitas Paramadina “Evaluasi Ekonomi Akhir Tahun”, Selasa (20/12/2022).***

Klik Google News untuk mengetahui aneka berita dan informasi dari editor Lingkarin.com, semoga bermanfaat.

Berita Terkait

Sustainability Report & Annual Report: Solusi Waktu yang Semakin Sempit dan Deadline OJK Sudah di Depan Mata
Permintaan Tegas Prabowo Subianto ke Pengusaha: Jangan Kau Cekik Para Petani! Rakyat Harus Sejahtera
Trade War AS-China & Kenaikan Suku Bunga The Fed Tekan IHSG, CSA Index Februari 2025 Jatuh Signifikan
Penyegelan KLH Diduga Tak Didasari Asas-asas Pemerintahan yang Baik, Begini Tudngan PT MNC Land Lido
Baru Pertama Kali Kantor Pusat Kementan di Ragunan Dikunjungi Kepala Negara, Jadi Tonggak Sejarah Pertanian
Menteri Nusron Wahid Ungkap 2 Inisial Perusahaan Pemilik Sertifikat Hak Guna Bangunan di Laut Bekasi
Resmikan 37 Proyek Listrik di 18 Provinsi, Presiden Prabowo Subianto: Kita Menuju Swasembada Energi
BI Sebut Inflasi 2025 – 2026 Terkendali dalam Kisaran 2,5 Plus Minus 1 Persen, Konsistensi Kebijakan Moneter

Berita Terkait

Senin, 17 Februari 2025 - 15:00 WIB

Sustainability Report & Annual Report: Solusi Waktu yang Semakin Sempit dan Deadline OJK Sudah di Depan Mata

Minggu, 16 Februari 2025 - 14:38 WIB

Permintaan Tegas Prabowo Subianto ke Pengusaha: Jangan Kau Cekik Para Petani! Rakyat Harus Sejahtera

Sabtu, 8 Februari 2025 - 13:52 WIB

Trade War AS-China & Kenaikan Suku Bunga The Fed Tekan IHSG, CSA Index Februari 2025 Jatuh Signifikan

Sabtu, 8 Februari 2025 - 11:15 WIB

Penyegelan KLH Diduga Tak Didasari Asas-asas Pemerintahan yang Baik, Begini Tudngan PT MNC Land Lido

Selasa, 4 Februari 2025 - 14:35 WIB

Baru Pertama Kali Kantor Pusat Kementan di Ragunan Dikunjungi Kepala Negara, Jadi Tonggak Sejarah Pertanian

Berita Terbaru